Elpiji 3 Kg Disebut Langka, Pemkab Batang Cari Penyebabnya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

(ILUSTRASI) Gas elpiji bersubsidi ukuran tabung 3 kilogram (kg).

REPUBLIKA.CO.ID, BATANG — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang, Jawa Tengah, mengusut besar-besaranah dugaan kelangkaan gas elpiji ukuran tabung 3 kilogram (kg) alias gas melon. Pasalnya, Pemkab Batang sudah mengusulkan penambahan kuota gas elpiji bersubsidi itu kepada Pertamina.

Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Batang Triossy Juniarto bilang, pihaknya tetap memantau kesiapan gas elpiji 3 kg dan harganya. “Kami tetap mencari beritarmasi penyebab kelangkaan elpiji bersubsidi itu, dimana saat ini harganya mencapai Rp 40 ribu per tabung,” kata dia, Jumat (19/4/2024).

Menurut Triossy, pihaknya sudah mengusulkan tambahan kuota gas elpiji bersubsidi kepada Pertamina. “Awal April 2024 kami telah mengusulkan tambahan kuota elpiji bersubsidi dari kebutuhan bulanan dan sudah direalisasikan oleh Pertamina,” ujar dia.

Triossy menjelaskan, jumlah total kuota gas elpiji 3 kg mencapai 22,739 metrik ton alias setara dengan 7.579.600 tabung per tahun. “Ini definisi|erti|makna|maksud|pengertiannya pengedaran harian untuk mencukupi kebutuhan penduduk di daerah ini sewajibnya mencapai 25.266 tabung,” kata dia.

Menurut Triossy, menjelang Lebaran dan sesudahnya, pengedaran elpiji dari Pertamina tetap lancar sesuai kuota. Namun, kata dia, memang umumnya ada peningkatan permintaan penduduk selama Lebaran, sesampai harganya juga mengalami kenaikan.

“Distribusi elpiji bersubsidi tetap lancar. Lebih dari 25 ribu tabung gas elpiji bersubsidi ini didistribusikan setiap harinya,” ujar Triossy.

Triossy pun mengingatkan soal pemakai an gas elpiji bersubsidi, sebagaimana ketentuan. “Elpiji isi 3 kilogram tersebut, sesuai regulasi, sewajibnya diperuntukkan bagi penduduk miskin, serta upaya mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, diketahui tetap banyak tidak sesuai regulasi,” kata dia.