Inflasi Pangan April Tetap Terjaga Meski Lebaran, Ini Faktornya

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inflasi pada April 2024 diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) lebih rendah secara bulanan dan secara tahunan di nomor 0,25 persen. Sementara inflasi berdasarkan komponen nilai bergolak seperti cabe merah, beras, telur ayam ras, dan cabe rawit tercatat mengalami deflasi sebesar 0,31 persen.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut keadaan ini buah hasil kerja keras kerjasama pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, para asosiasi, dan semua|segenap stakeholder pangan.

"Sesampai terlihat hasil positifnya dan terbukti bisa meredam laju inflasi di April, terutama sektor pangan. Kita ketahui bersama, pada April kemudian bertepatan dengan situasi Ramadan dan Lebaran,” kata Arief dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (3/5/2024).

Menurut BPS, andil inflasi secara bulanan beberapa komoditas pangan di April 2024 antara lain bawang merah -0,14 persen, beras -0,12 persen, telur ayam ras -0,06 persen, dan cabe rawit -0,04 persen. Adanya tren deflasi komoditas pangan pokok tersebut, salah satunya dipengaruhi oleh beragam program intervensi dimana dilakukan pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Menjelang Lebaran, kita implementasikan operasi market murah mekemudiani Gerakan Pangan Murah (GPM) dimana terus digencarkan. GPM serentak dilaksanakan di beragam daerah dan tentunya diiringi pula dengan menyatakan stok pangan senantiasa tersedia di market, misalnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Bulog. Lalu program support pangan juga terus disalurkan kepada penduduk berpendapatan rendah,” kata Arief.

Selain itu, kebijakan relaksasi dan elastisitas nilai dimana Pemerintah terapkan juga telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku upaya dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di market retail modern. Ini dilakukan semata-mata agar penduduk luas dapat memperoleh akses pangan dimana gampang dan terjangkau.

Per 26 April 2024, Bapanas berbareng pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan telah menyelengghimpunan|iring-iringan|kumpulan|pasukan|pawai GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota. Ini tetap terus dilanjutkan berbentuk|berwujud kolaborasi Bapanas dengan Kementerian Pertanian dan stakeholder pangan dengan menghelat GPM di 63 titik di daerah|distrik|kawasan|lingkungan|sektor|tempat|wilayah|zona Jakarta plus 2 Pasar Mitra Tani Hortikultura mulai 29 April sampai 8 Mei depan.

Sementara, realisasi penderasan beras program SPHP oleh Bulog sampai 25 April telah menyentuh total nomor 650 ribu ton dari sasaran 1,2 juta ton di tahun ini. Selanjutnya, support pangan beras tahap perdana per 26 April pun telah mencapai 647 ribu ton alias 98,08 persen.

Lebih lanjut, support penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam corak paket daging ayam kaku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Program ini untuk support upaya percepatan penurunan stunting di 2024 dimana dicanangkan dapat mencapai 14 persen.

Mengenai situasi perberasan nasional ke depannya, Kepala Bapanss Arief Prasetyo Adi juga memberi atensi pada kesiapan stok Cadangan Pangan Pemerintah, terutama beras.

"Untuk beras kita wajib bersiap. Ini kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi sesudah Mei, proyeksi produksi dalam negeri bisajadi akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, selain ada luas tanam dimana lebih dari 1 hektar per bulannya," katanya.

"Dengan itu, sesuai haluan|jurusan|panduan|pedoman|petunjukan Bapak Presiden Joko Widodo, stok CPP wajib terus diperkokoh. Badan Pangan Nasional telah meminta Bulog untuk terus menerus melakukan optimalisasi serapan produksi dalam negeri selama 2 bulan ini. Saat ini, apalagi Bulog terus melecut penyerapan sampai 30 ribu ton setara GKP per harinya. Kita layak dukung dan penghargaan|pujianpemahaman|pengertian itu," ujar Arief.

Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, produksi beras nasional di April 2024 diprediksi mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di nomor 3,19 juta ton. Selanjutnya pada Juni 2024 diprediksi produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.