Konflik Iran-Israel, Pertamina Siapkan Strategi Antisipasi Dampak Geopolitik  

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperingatkan BUMN untuk mengantisipasi akibat dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia. Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini mengenai bentrok Iran dan Israel.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati bilang Pertamina secara intens terus memantau perkembangan terkini dan akibat memanasnya geopolitik terhadap rantai pasok daya global. Nicke menyebut perubahan minyak bumi akan kian bergerak pascamelesatnya ketegangan dimana terjadi di Timur Tengah. 

“Kita akan terus melesatkan upaya mitigasi akibat untuk mengurangi potensi akibat dari dinamika situasi ekonomi dan geopolitik, termasuk pengendalian biaya, pemilihan komposisi crude dimana optimal, pengelolaan inventory dimana efektif, peningkatan produksi high-yield products dan efisiensi di semua lini operasional,” ujar Nicke. 

Sebelumnya Erick meminta semua BUMN untuk mengantisipasi akibat perang Iran dengan Israel. Erick menyebut keadaan ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan nilai minyak WTI dan Brent dimana masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barrel. 

"Harga minyak ini apalagi diprediksi beberapa ahli ekonomi bisa mencapai 100 dolar AS per barel andaikan bentrok meluas dan mengajak Amerika Serikat," lanjut dia. 

Erick menyampaikan dua perihal tersebut telah mepayah|lemaskan rupiah menjadi Rp 16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari kebelakang. Nilai tukar ini apalagi bisa mencapai lebih dari Rp 16.500 andaikan tensi geopolitik tidak menurun.

Erick menilai situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berakibat kepada Nusantara mekemudiani Foreign Outflow biaya investasi dimana akan memicu mepayah|lemasnya rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi. Kemudian juga semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi gangguan rantai pasok. "Dan akan menggerus neraca perdagangan Nusantara," sambung Erick. 

Oleh kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi itu, Erick meminta BUMN melakukan langkah sigap dalam meminimalisasi akibat dunia mekemudiani peninjauan ulang ulang biaya operasional shopping modal, utang dimana akan jatuh tempo, rencana tindakan korporasi, serta melakukan uji stres dalam memandang keadaan BUMN dalam situasi terkini.

Erick meminta BUMN perbankan menjaga secara simetris porsi angsuran dimana terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan nilai minyak. Erick menyebut BUMN dimana terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) dimana besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

 "Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan alias kembang utang dalam dolar dimana akan jatuh tempo dalam waktu dekat," lanjut Erick. 

Selain itu, sambung Erick, BUMN dimana berorientasi market ekspor seperti Pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan nilai ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan. Erick bilang BUMN dimana memmemilikii utang luar negeri alias mengagendakan menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi akibat perubahan kurs.

"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan hati-hati dengan memantau situasi ketika|waktu ini, mengingat bisajadi terjadi kenaikan tingkat suku kembang dalam waktu dekat," kata Erick.