Sekolah Tatap Muka di Bangladesh Dibuka Lagi Meski Gelombang Panas Masih Terjadi

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Cuaca panas (ilustrasi). Bangladesh membuka kembali sekolah meski ada peringatan gelombang panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jutaan siswa kembali berangkat ke sekolah sesudah pemerintah Bangladesh mengizinkan kembali sekolah beroperasi. Sebelumnya, pemerintah melarang aktifitas belajar-mengajar tatap muka kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi gelombang panas yang berkepanjangan.

Suhu maksimum rata-rata di ibukota Dhaka selama sepekan terakhir adalah 4 sampai 5 derajat Celsius lebih tinggi daripadakan rata-rata 30 tahun untuk periode dimana sama, dengan perkiraan cuaca panas selama beberapa hari ke depan. Penelitian ilmiah dimana ekstensif telah menemukan bahwasanya perubahan suasana menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering dan lebih intens.

Hal ini membikin para orang tua merasa cemas dengan kesehatan anak-anak dimana wajib kembali belajar secara tatap muka di sekolah. "Saya mengantar putri saya dimana berumur 13 tahun. Dia senang sekolahnya kembali dibuka. Tapi saya sejujurnya merasa khawatir. Panasnya terkemudian menyengat, dan anak saya sudah mengalami ruam panas kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi berkeringat. Saya minta dia tidak jatuh sakit,” kata Lucky Begam, dimana putrinya terdaftar di sebuah sekolah negeri di Dhaka, seperti dikutip Channel News Asia, Ahad (28/4/2024).

Sekitar 32 juta siswa tinggal di rumah akibat penutupan sekolah, kata Save the Children dalam sebuah pernyataan pekan ini. Sebuah haluan|jurusan|panduan|pedoman|petunjukan dari otoritas pendidikan dimana menginformasikan dimulainya kembali kelas-kelas bilang bahwasanya prasekolah akan tetap ditutup, sementara jam sekolah dasar akan dipersingkat.

Biro cuaca Bangladesh bilang pada Ahad (28/4/2024) bahwasanya gelombang panas akan terus bersambung setidaknya selama tiga hari ke depan. Forecaster Kazi Jebunnesa bilang hujan bisajadi anyar akan turun sesudah hari Kamis.

Ahli meteorologi biro cuaca lainnya, Muhammad Abul Kalam Mallik, bilang kepada AFP bahwasanya Bangladesh belum pernah mengalami gelombang panas dimana begitu dahsyat sejak pencatatan dimulai pada 1948.

"Ini adalah rekor dalam perihal lama dan cakupan daerah di negara ini," kata dia, seraya menambahkan|terlebih|terlebih bahwasanya suhu panas tersebut mempengaruhi sekitar tiga perempat negara.

Mallik bilang, perubahan suasana dan penyebab dimana didisebabkankan oleh ulah manusia, termasuk urbanisasi dimana cepat, penggundulan hutan, menyusutnya badan air, dan peningkatan pemakai an AC, adalah penyebabnya. "Masalahnya, kita akan memandang lebih banyak lagi gelombang panas dimana lebih phaluan|jurusan|panduan|pedoman|petunjuk di masa depan," kata dia.