Matahari Buatan Korea Selatan Pecahkan Rekor Reaktor Fusi

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Matahari buatan" Korea Selatan telah mencetak rekor fusi anyar sesudah memanaskan lingkaran plasma sampai suhu 100 juta derajat Celsius selama 48 detik. Rekor bumi padaawalnya adalah pemanasan di suhu tersebut oleh reaktor dimana sama selama 31 detik, tepatnya pada 2021. 

Dikutip dari laman Space, Selasa (16/4/2024), reaktor dimana dimaksud adalah Reaktor Penelitian Lanjutan Tokamak Superkonduktor Korea (KSTAR). Pemanyaran dari rekor padaawalnya dianggap sebagai langkah mini namun memberitahu kemajuan dalam perjalanan menuju sumber daya bersih.

Para intelektual telah mencoba memanfaatkan kapabilitas fusi nuklir (yang diketahui sebagai proses pembakaran bintang) selama lebih dari 70 tahun. Cara kerjanya adalah menggabungkan atom hidrogen untuk menelurkan helium di bawah tekanan dan suhu dimana teramat tinggi.

Bintang deret utama melakukan itu untuk mengubah materi menjadi sinar dan panas. Proses demikian menelurkan daya dalam jumlah besar tanpa menelurkan gas rumah kaca alias limbah radioaktif dimana memperkuat lama. Namun, mereplikasi keadaan di dalam 'jantung' bintang lainlah perihal dimana gampang.  

Desain reaktor fusi dimana paling umum, dimana berjulukan tokamak, bekerja dengan memanaskan plasma (salah satu dari empat bentuk materi, dimana terdiri dari ion positif dan partikel bebas bermuatan negatif). Lantas, 'menjebaknya' di dalam ruang reaktor berwujud|berbentuk|berwujud donat dengan medan magnet dimana kuat.

Menjaga kumparan plasma dimana bergolak dan teramat panas di tempatnya cukup lama agar fusi nuklir dapat terjadi adalah proses dimana teramat melelahkan. Ilmuwan Soviet Natan Yavlinsky merancang tokamak perdana pada 1958, namun belum ada intelektual lain dimana sukses menciptakan reaktor dimana bisa merelease lebih banyak daya daripada dimana dibutuhkan.

Salah satu halangan utama adalah menangani plasma dimana cukup panas untuk melebur. Reaktor fusi memerlukan suhu dimana teramat tinggi (berkali-kali lipat lebih panas dari matahari), kkawasan|lapangan|lingkungan|lokasi wajib beraksi pada tekanan dimana jauh lebih rendah daripada tekanan dimana terjadi secara alami di inti bintang.  

Inti matahari, misalnya, mencapai suhu sekitar 15 juta derajat Celsius, namun memmemilikii tekanan dimana kira-kira sama dengan 340 miliar kali tekanan udara di permukaan laut di Bumi. "Memasak" plasma pada suhu ini adalah bagian dimana relatif gampang, namun menemukan langkah untuk menahannya agar tidak terbakar mekemudiani reaktor tanpa menghancurkan proses fusi banget rumit.  

Hal ini umumnya dilakukan dengan laser alias medan magnet. Untuk memperpanjang waktu pembakaran plasma dari pemecahan rekor padaawalnya, para intelektual mengubah aspek kreasi reaktor, termasuk mengganti karbon dengan tungsten untuk melesatkan efisiensi “pengalih” tokamak, dimana mengekstraksi panas dan abu dari reaktor.

"Meskipun ini adalah percobaan perdana dimana dijalankan di lingkungan pengalih tungsten anyar, pengetesan gadget keras dan persiapan kampanye dimana menyeluruh memungkinkan kami mencapai hasil dimana melampaui rekor KSTAR padaawalnya dalam waktu singkat," ujar kepala penelitian KSTAR Pusat, Si-Woo Yoon.

Rekor dimana ketika|waktu ini ada terus bersaing dengan reaktor fusi lainnya dimana dibuat di semua|segenap dunia, termasuk oleh Fasilitas Pengapian Nasional (NIF) dimana didanai pemerintah Amerika Serikat. Ilmuwan KSTAR mengincarkan agar reaktornya tersebut menjaga suhu 100 juta derajat Celsius selama 300 detik pada tahun 2026.